Soal ‘Kesusastraan’

Saya sedang menyelesaikan pekerjaan ketika menjumpai kesusastraan di linimasa Twitter malam lalu. Kata itu tentu telah sering kita temukan di banyak tempat. Saya biasanya asal menganggap diri paham arti susastra dan sastra, tetapi ini kali saya terusik olehnya.

Pertanyaan saya satu saja: apa beda kesusastraan dan kesastraan?

Saya sempatkan buka KBBI daring dan menemukan bahwa makna susastra adalah ‘karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai saranya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi’.

Dengan kata lain, susastra merujuk pada hal yang lebih khusus daripada sastra. Dari sini, mungkin kita bisa padankan secara kasar kata ini dengan istilah high literature. Sementara itu, sastra bersifat lebih luas, mencakup segala jenis karya sastra dari yang populer hingga susastra.

Susastra memiliki beberapa turunan, termasuk kesusastraan. Menariknya, yang terakhir itulah yang lebih sering saya dengar (dan selama ini gunakan) untuk merujuk makna ‘perihal sastra’ dibanding kesastraan. Ini tentu saja kurang tepat.

Setelah ini saya sebaiknya lebih cermat dalam menggunakan kata kesusastraan dan kesastraan.

3 thoughts on “Soal ‘Kesusastraan’

  1. 1. Ada sedikitnya 4 istilah kunci yang lo angkat di sini: susastra, sastra, high literature, popular literature. Tapi berdasarkan tulisan lo (gua ngga tau pada praktiknya gimana), lo ngga berlaku adil (baca: obyektif) terhadap keempat istilah itu karena cuma susastra yang lo cari rujukan makna bakunya, sementara yang lain seakan cuma berdasarkan kesimpulan lo atas makna susastra.
    2. Kalo kita telusurin Google untuk istilah high literature, ternyata istilah itu belom mapan, belom disepakatin secara umum oleh para ahli, dan sehingga belom menjadi entri tersendiri di kamus atau ensiklopedia manapun. Tapi, seperti yang emang gua tangkep dari maksud lo soal makna high literature, beberapa coba mendefinisikan itu sesuai dengan yang lo maksud, yaitu ‘karya tulis fiktif’ dengan tingkat estetika tinggi, dibandingkan ‘karya tulis fiktif’ popular yang lo anggep tingkat estetikanya rendah. Tapi dari sini muncul dua masalah baru lagi:
    a. Seperti yang bisa kita liat dari jawaban seseorang di forum atas pertanyaan istilah high literature di tautan berikut: http://english.stackexchange.com/questions/238179/a-phrase-to-describe-the-idea-of-high-literature
    b. Istilah popular literature sendiri, walaupun emang banyak yang mendefinisikan itu sebagai ‘karya tulis fiktif’ dengan tingkat estetika yang rendah, tapi secara harfiah makna popular fokusnya bukan di tingkat estetika, melainkan lebih ke tingkat keluasan distribusinya. Banyak ‘karya tulis fiktif’ dengan tingkat estetika tinggi yang sangat dikenal luas. Contohnya karya-karya Shakespeare terutama. Makanya kita bisa temuin juga istilah popular high(-brow) literature.
    Dikotomi ini bisa dibahas tersendiri secara lebih mendalam tapi gua cukupin sampe di situ aja karena fokus tulisan lo lebih ke perbandingan makna istilah susastra dan sastra.
    3. Gua udah periksa sendiri dua istilah susastra dan sastra di KBBI daring juga. Bener kata lo bahwa sastra lebih luas cakupannya daripada susastra. Tapi pemahaman gua beda dalam hal cakupan sastra dan yang dimaksud dengan ‘estetika yang tinggi’ pada makna susastra. Mengenai cakupan sastra, KBBI mengusulkan lima makna:
    a. bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);
    b. kesusastraan;
    c. kitab suci Hindu; kitab ilmu pengetahuan;
    d. kitab; pustaka; primbon (berisi ramalan, hitungan, dan sebagainya); dan
    e. tulisan; huruf.
    Dari makna-makna tersebut, ada dua hal yang menarik buat gua:
    a. Bahwa kesusastraan termasuk makna sastra, seakan itu sinonim. Di sini gua kecewa karena KBBI masih belom bagus dalam mendefinisikan sesuatu sehingga dua lema bisa punya makna yang tumpang-tindih.
    b. Bahwa lema sastra mencakup makna ‘bahasa’, ‘kitab ilmu pengetahuan’, ‘kitab’, ‘pustaka’, tulisan. Gua simpulkan, artinya ‘produk budaya manusia secara tertulis’ atau singkatnya ‘karya tulis’. Yang artinya, karya-karya tulis seperti Injil (yang bersifat etis dan didaktif), On the Origin of Species karya Darwin (yang bersifat ilmiah), The Interpretation of Dreams karya Freud (yang bersifat ilmiah), sampe Romeo and Juliet karya Shakespeare (yang bersifat fiktif, imajinatif, dan estetis) termasuk dalam kategori sastra. Di sini gua jadi yakin istilah sastra kurang lebih sepadan dengan istilah literature dalam bahasa Inggris, yang bukan cuma mencakup fiksi tapi juga nonfiksi. Merriam-Webster, misalnya, di samping mengusulkan makna ‘written works (such as poems, plays, and novels) that are considered to be very good and to have lasting importance’ untuk lema literature, kamus itu juga mencakup makna ‘books, articles, etc., about a particular subject’ sama ‘printed materials (such as booklets, leaflets, and brochures) that provide information about something’. Jadi gua yakin yang dimaksud ‘estetika yang tinggi’ pada makna susastra itu merujuk ke semua karya tulis fiktif, dalam bandingannya dengan karya tulis ilmiah dan produk-produk tertulis nonfiktif

    • Sori kepotong. Terakhir maksudnya “…karya tulis ilmiah dan produk-produk tertulis nonfiktif lain”.

    • Lanjutan dan kesimpulan:
      Kalo merujuk makna sastra dalam KBBI, ngga salah kalo kita gunain sastra untuk merujuk pada kesusastraan, seperti misal dalam frasa ‘jurusan Sastra Inggris’ yang artinya sama dengan ‘jurusan Kesusastraan Inggris’.

Leave a reply to Al-Amri Arif Sandy Cancel reply